Sep 1, 2014

Teman Bicara


Photo Tittle: "Different Things"
Yashica Auto Focus Motor
Manual Multiple Exposure
Kodak ColorPlus 200
Fresh




     Kita tak pernah tahu hingga semuanya berlalu. Keindahan kata kata itu, dulu, keindahan setiap perilaku itu, dulu. Dulu, tak ada yang tau bagaimana rasanya, sebelum termakan waktu.
     Asmara oh asmara, kuragukan keberadaanmu. Waktu demi waktu berlalu yang ku tahu itu hanya sebatas hormon yang meningkat, beroprasi lebih drastis dari biasanya, diluar normal. Otak yang mengarahkan, anehnya, sudah jelas semuanya, tapi masih saja ada yang terbuai.
     Setiap insan memang diciptakan untuk saling melengkapi, tanpa disadari aku, maupun kamu, kita berbeda, terlampau. Permainan akal sehat kita sangat berbeda. Semuanya tersetting.
     Tanpa disadari akupun mulai berpikir lebih jauh, lebih lanjut dari yang lalu. Apa ini, itu, bagaimana seharusnya, mana jalan yang benar, mana kesejatian itu, tunjukkan. Munafik atau tidak, yang aku rasakan, perasaan itu, detak jantung itu, hanya sebatas hormon, keinginan untuk bersama itu hanyalah sebatas akal sehat yang terlarut dalam permainan takaran hormone yang melunjak. Semakin lama waktu menjerumuskanku, aku tidak berfikir seperti yang lalu.
     Meskipun, syukur bersyukur, pikiranku terlarut akal sehat. Pikir, pikir, pikir, semuanya terpikir. Untuk apa, jika hanya sebatas hormone? Untuk apa, jika nantinya kita hanya akan menuju kesalahan pikiran yang menggebu dan terlampau penuh dengan ongsokan pemaksaan?
     Ini pemaksaan perasaan atau permainan hormone? Seenaknya saja menggerogoti hati dan pikiran, jauh melumpuhkan akal sehat. Sudahlah, untuk apa semuanya dilanjutkan. Karena ini hanya permainan hormone, belum cukup waktu kita, belum cukup kita menanggapinya. Belum tiba di saat yang tepat, tolong, jangan main main dengan akal sehat. Tolong jangan coba coba kenalkan asmara.
     Rindu rindu rindu? Apa yang kita rindukan? Hormon itu telah membangkitkan rindu. Yakinkah itu rindu? Jangan.. jangan coba coba bermain rindu, jangan secepat itu taklukkan kepercayaanmu pada ongsokan rindu yang menggebu palsu. Apa yang kau rindukan? Rindu dipermainkan hormone dan akal sehat?
     Waras. Tanpa kesadaran, hormone itu didukung dengan situasi yang membelenggu, membangkitkan memori manis nan menjemu. Rindu itu hanyalah rindu abu abu, bukan putih, dan bukan hitam. Mungkin abu abu. Bukan seseorang, mungkin sesuatu, kenangan manis nan menjemu.
Teman bicara.
Tidak, mungkin hanya pembicaraan.
Aku pikir, begitu.
Oh, waktu.

No comments:

Post a Comment