Photo Tittle: "Different Things"
Yashica Auto Focus Motor
Manual Multiple Exposure
Kodak ColorPlus 200
Fresh
Kita tak pernah tahu hingga semuanya berlalu. Keindahan kata
kata itu, dulu, keindahan setiap perilaku itu, dulu. Dulu, tak ada yang tau
bagaimana rasanya, sebelum termakan waktu.
Asmara oh asmara, kuragukan keberadaanmu. Waktu demi waktu
berlalu yang ku tahu itu hanya sebatas hormon yang meningkat, beroprasi lebih drastis
dari biasanya, diluar normal. Otak yang mengarahkan, anehnya, sudah jelas
semuanya, tapi masih saja ada yang terbuai.
Setiap insan memang diciptakan untuk saling melengkapi,
tanpa disadari aku, maupun kamu, kita berbeda, terlampau. Permainan akal sehat
kita sangat berbeda. Semuanya tersetting.
Tanpa disadari akupun mulai berpikir lebih jauh, lebih
lanjut dari yang lalu. Apa ini, itu, bagaimana seharusnya, mana jalan yang
benar, mana kesejatian itu, tunjukkan. Munafik atau tidak, yang aku rasakan,
perasaan itu, detak jantung itu, hanya sebatas hormon, keinginan untuk bersama itu hanyalah
sebatas akal sehat yang terlarut dalam permainan takaran hormone yang melunjak.
Semakin lama waktu menjerumuskanku, aku tidak berfikir seperti yang lalu.
Meskipun, syukur bersyukur, pikiranku terlarut akal sehat. Pikir,
pikir, pikir, semuanya terpikir. Untuk apa, jika hanya sebatas hormone? Untuk
apa, jika nantinya kita hanya akan menuju kesalahan pikiran yang menggebu dan
terlampau penuh dengan ongsokan pemaksaan?
Ini pemaksaan perasaan atau permainan hormone? Seenaknya saja
menggerogoti hati dan pikiran, jauh melumpuhkan akal sehat. Sudahlah, untuk apa
semuanya dilanjutkan. Karena ini hanya
permainan hormone, belum cukup waktu kita, belum cukup kita menanggapinya. Belum
tiba di saat yang tepat, tolong, jangan main main dengan akal sehat. Tolong
jangan coba coba kenalkan asmara.
Rindu rindu rindu? Apa yang kita rindukan? Hormon itu telah
membangkitkan rindu. Yakinkah itu rindu? Jangan.. jangan coba coba bermain
rindu, jangan secepat itu taklukkan kepercayaanmu pada ongsokan rindu yang
menggebu palsu. Apa yang kau rindukan? Rindu dipermainkan hormone dan akal
sehat?
Waras. Tanpa kesadaran, hormone itu didukung dengan situasi yang membelenggu, membangkitkan memori
manis nan menjemu. Rindu itu hanyalah rindu abu abu, bukan putih, dan bukan
hitam. Mungkin abu abu. Bukan seseorang, mungkin sesuatu, kenangan manis nan
menjemu.
Teman bicara.
Tidak, mungkin hanya pembicaraan.
Aku pikir, begitu.
Oh, waktu.
No comments:
Post a Comment