Feb 23, 2012

Jangan Lari Angin Lalu



Hai, sudah lama rasanya aku tidak bercerita ria, menyatu dengan blog ini.
Sudah usang rasanya sejak aku masih belum sesibuk saat ini, yup nosatalgia masa-masa yang sudah berlalu, menyenangkan rasanya. Hingga melarutkan aku kedalam detik detik masa kini. Tidak salah kan jika aku ingin berlari, sebentar saja. Hanya ingin mengenang yang sudah-sudah, hanya ingin berkencan dengan blog ini.
Outwitted. Mengalahkan.
Hidup tidak selalu tentang mengalahkan -> mendengar kabar baik -> bersenang-senang.
Kadang kala berita kekalahan itu amat sakit didengar, ataupun hal-hal yang tidak diharapkan, rasanya hanya penyesalan yang bangkit.
Sayupan angin sang malam, menyadarkanku dari lamunan angin lalu.
Aku ingat sekali saat aku menerima kabar buruk itu, sudah setengah tahun lebih. Namun kini aku menyadari, selalu ada alasan dibalik terjadinya sesuatu. Mungkin kabar buruk itu bukanlah hal terbaik yang ingin kita dengar, tetapi itu adalah sesuatu yang terbaik utuk kita yang telah direncanakan Tuhan.



Tak ada gunanya menyesali apa yang telah terjadi. Tak ada gunanya memanggil angin lalu. Keadaan sudah berbeda. Masa lalulah yang membangun diri kita, seiring dengan berjalannya waktu. Ya waktu dapat mengubah segalanya. Mengubah kedewasaan kita, jalan pikiran kita, bahkan hal-hal spesifik disekeliling kita. Mungkin menjadi lebih baik atau malah lebih buruk, semuanya tergantung diri kita. Ingat, jalan ada dibawah kaki kita, bagaimana kita menapaki itu tergantung diri kita.

Kadang kala, ingin sekali rasanya memanggil angin lalu itu. Lalu mengulangnya dari awal, agar bisa memperbaiki situasi. Tetapi kemuadian, aku terbangun, tersadar dan menyesali apa yang telah terjadi. Menyakitkan, memang. Rasanya ingin memutar waktu. Tapi apa daya? Angin lalu tetaplah angin lalu.
Angin lalu selalu menjadi pelajaran, selalu menjadi nilai nilai kehidupan yang bisa membuat kita menjadi pribadi yang lebih dari kemarin.
Kini yang harus kita lakukan adalah bangkit. Lari menjauh dari angin lalu. Lari, tapi tidak melarikan diri. Lari dengan membawa bekal, ilmu, amalan, pelajaran dari angin lalu agar kita bisa menciptakan angin yang jauh lebih baik dari angin lalu.
Larilah angin lalu. Pergi yang jauh. Kumpulkan angin-angil lalu lain yang bisa membimbingku. Dampingilah aku untuk mengukir angin-angin masa depan yang jauh lebih sejuk.


Bersyukur dimanapun kita berada, dan kapanpun itu. Hidup itu indah :) CHEERS

Regards,
RANA :D
xoxoxo

No comments:

Post a Comment